PENGANTAR LINGUISTIK: PARADIGMA-PARADIGMA BAHASA

taufiqakbarsnotes.blogspot.com

taufiqakbarsnotes.blogspot.com

Pendahuluan

Dalam ilmu bahasa, terdapat beberapa paradigma-paradigma yang di susun untuk memudahkan pembahasan tentang linguistik umum (general linguistik, yaitu ilmu bahasa secara umum) yang di minati bahasa umat manusia dan berkadar semesta ( universal). Adapun yang sering dijadikan dasar kajian ilmu bahasa oleh para linguis adalah: 1) langue-parole. 2) signifie-signifiant. 3) relasi sintagmatik dan paradigmatik. 4) kompetensi dan performansi.
Paradigma yang kami bahas terfokus pada paradigma Ferdinand de Saussure dalam bukunya course de linguitique general yang di susun dan diterbitkan oleh Charles Bally dan Albert Sechehay (1915).
Pandangan yang di muat dalam buku tersebut mengenai konsep: 1) telaah sinkronik dan diakronik, 2) perbedaan langue dan parole, 3) perbedaan signifiant dan signifie, dan 4) hubungan sintagmatik dan paradigmatik yang banyak berpengaruh dalam perkembangan linguistic dikemudian hari. Bagaimana pandangan-pandangannya itu, berikut ini pembahasannya.

Pembahasan

A. Langue dan Parole
Dalam bukunya Course de Linguistique Generale, Ferdinand mewariskan kita mengenai paradigma langue dan parole.
Dalam mata de Saussure, bahasa dibedakannya menjadi tiga istilah yaitu: langage, langue, dan parole. Langage adalah bahasa pada umumnya, yang menyangkut semua bahasa, karena ilmu bahasa tidak terbatas pada penelitian satu bahasa atau beberapa bahasa, melainkan mencakup semua bahasa di dunia yang mencoba meneliti karakteristik serta menunjukkan kesamaannya, sehingga generalisasi terhadapnya dapat di tarik (Kaseng, 1992: 89).
Namun Sausure sendiri lebih berkonsentrasi pada paradigma langue dan parole. Langue adalah keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat bahasa, sifatnya abstrak.
Menurut Saussure, langue adalah totalitas dari sekumpulan fakta satu bahasa, yang disimpulkan dari ingatan para pemakai bahasa dan merupakan gudang kebahasaan yang ada dalam setiap individu. Langue ada dalam otak, bukan hanya abstraksi- abstraksi saja dan merupakan gejala social. Dengan adanya langue itulah, maka terbentuk masyarakat ujar, yaitu masyarakat yang menyepakati aturan-aturan gramatikal, kosakata, dan pengucapan.
Sedangkan yang dimaksud dengan parole adalah pemakaian atau realisasi langue oleh masing-masing anggota masyarakat bahasa; sifatnya konkret karena parole tidak lain daripada realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain.
Parole sifatnya pribadi, dinamis, lincah, sosial terjadi pada waktu, tempat, dan suasana tertentu.
Dalam hal ini, yang menjadi objek telaah linguistik adalah langue yang tentu saja dilakukan melalui parole, karena parole itulah wujud bahasa yang konkret, yang dapat diamati dan diteliti.

B. Signifie dan Signifiant
Ferdinand de Saussure mengemukakan teori bahwa setiap tanda atau tanda linguistic (signe atau signe linguistique) dibentuk oleh dua buah komponen yang tidak terpisahkan, yaitu komponen signifie dan signifiant.
Yang dimaksud dengan signifie adalah pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita. Sedangkan signifiant adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita.
Menurut Saussure, bahwa sebuah tanda disebut tanda linguistik (signe lingiuistique) apabila terdiri dari dua unsur, yaitu “yang diartikan” (signifie) dan “yang mengartikan” (signifiant). Yang diartikan itu adalah yang lazimnya kita sebut “makna atau arti” sedangkan yang “mengartikan” itu adalah deretan bunyi yang merupakan bentuk fonetis/fonemis kata yang bersangkutan.
Untuk lebih jelas, ada yang menyamakan signe itu sama dengan kata; signifie sama dengan ‘makna’ ; dan signifiant sama dengan bunyi bahasa dalam bentuk urutan fonem-fonem tertentu.
Hubungan antara signifiant dengan signifie sangat erat, karena keduanya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Perhatikan bagan berikut:

Signifie
(makna)
Signe linguistique ————————
Signifiant
(bentuk)

Sebagai tanda linguistik, signifie dan signifiant itu biasanya mengacu pada sebuah acuan atau referen yang berada di alam nyata, sebagai sesuatu yang ditandai oleh signe linguistique itu. Sebagai contoh, kita ambil kata bahasa wit yang berarti ‘pohon’ dan mengacu pada sebuah acuan, yaitu sebuah pohon. Ketiganya dapat digambarkan sebagai bagan berikut.

‘pohon’

wit ———————-

/w,i,t/ sebuah pohon

C. Relasi Sintagmatik dan Relasi Paradigmatik
Konsep sintagmatik dan paradigmatik adalah konsep analisis ilmu bahasa struktural yang mengandung pengertian bahwa kemunculan suatu unsur menjadi unit selalu dalam hubungan atau relasi antara unit dengan unit maupun dengan unsur lainnya.
Saussure membedakan dua tipe relasi atau hubungan, yakni relasi sintagmatik dan relasi asosiatif (yang sekarang lebih dikenal dengan istilah hubungan paradigmatik). Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang tersusun secara berurutan, bersifat linear. Hubungan sintagmatik ini terdapat, baik dalam tataran fonologi morfologi, maupun sintagmatik.
Hubungan sintagmatik pada tataran fonologi tampak pada urutan fonem-fonem pada sebuah kata yang tidak dapat diubah tanpa merusak kata makna itu. Umpamanya pada kata kita terdapat hubungan fonem-fonem dengan urutan /k,i,t,a/. apabila urutannya diubah, maka maknanya akan berubah, atau tidak bermakna sama sekali.
Perhatikan pada bagian berikut

k i t a
k a t i
k a i t
i k a t

Hubungan sintagmatik pada tataran morfologi tampak pada urutan morfem-morfem pada suatu kata, yang juga tidak dapat diubah tanpa merusak makna dari kata tersebut. Ada kemungkinan maknanya berubah, tetapi ada kemungkinan pula tak bermakna sama sekali. Umpamanya kata segitiga tidak sama dengan tigasegi, kata barangkali tidak sama dengan kalibarang, dan kata tertua tidak sama dengan tauter. Hubungan sintagmatik pada tataran sintaksis tampak pada urutan kata-kata yang mungkin dapat diubah, tetapi mungkin juga tidak dapat diubah tanpa mengubah makna kalimat tersebut, atau menyebabkan tak bermakna sama sekali. Perhatikan contoh kalimat (a) yang urutan katanya bisa diubah tanpa mengubah makna kalimat; dan contoh kalimat (b) yang urutan katanya diubah menyebabkan makna kalimatnya berubah.
(a) Hari ini barangkali dia sakit
Barangkali dia sakit hari ini
Dia sakit hari ini barangkali
Dia sakit barangkali hari ini

(b) Nita melihat Dika Dika melihat Nita
Ini bir baru Ini baru bir

Yang dimaksud dengan hubungan paradigmatik adalah hubungan-hubungan antara unsur-unsur yand terdapat dalam suatu tuturan bersangkutan. Hubungan paradigmatik dapat dilihat dengan cara subtitusi, baik pada tataran fonologi, morfologi, maupun pada tataran sintaksis.
Hubungan paradigmatik pada tataran fonologi tampak pada contoh (c) antara bunyi /r/, /k/, /b/, /m/, dan /d/ yang terdapat pada kata-kata rata, kata, bata, mata dan data. Hubungan paradigmatik pada tataran morfologi tampak pada contoh (d) antara prefiks me-di-, pe-, dan te- yang terdapat pada kata-kata merawat, dirawat, perawat, dan terawat. Sedangkan hubungan paradigmatik pada tataran sintaksis dapat dilihat pada contoh (e) antara kata-kata yang menduduki fungsi subjek, predikat, dan objek.

(c) r a t a

k a t a

b a t a

m a t a

d a t a

(d) me rawat

di rawat

pe rawat

te rawat

(e) Ali membaca koran

Dia memakai baju

Ani makan kue

Secara lengkap hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik dapat kita gambarkan sebagai berikut.

SINTAGMATIK
P
A Ali membaca buku
R
A Dia membeli baju
D
I Ani makan kue
G
M Amat minum susu
A
T Adik saya melihat wayang golek
I
K Penerbit mencetak buku pelajaran

Penutup

* Kesimpulan

Dari hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Langue adalah keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat bahasa, sifatnya abstrak. Sedangkan Parole adalah adalah pemakaian atau realisasi langue oleh masing-masing anggota masyarakat bahasa; sifatnya konkret karena parole tidak lain daripada realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain.
2. Signifie adalah pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita. Sedangkan Signifiant adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita.
3. Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang tersusun secara berurutan, bersifat linear. Sedangkan, yang dimaksud dengan hubungan paradigmatik adalah hubungan-hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan bersangkutan.

Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Fakultas Sastra. 1982. Dasar-dasar Linguistik Umum. Jakarta: Universitas Indonesia
Wardihan, Drs. H. A. 2010. Pengantar Linguistik. Makassar: Universitas Negeri Makassar

2 thoughts on “PENGANTAR LINGUISTIK: PARADIGMA-PARADIGMA BAHASA

Leave a comment